Nama
Perlawanan :
Perang Diponegoro ( Perang Jawa ) – versus
Belanda
Tokoh
:
- Pangeran Diponegoro
- Pangeran Adinegoro
- Pangeran Suryokusumo
- Tumenggung Reksoprojo
- Kiai Muhammad Anfal
- Mulyosentiko
- Kiai Hasan Besari
- Pangeran Abubakar
- Pangeran Muhammad
- Pangeran Adisuryo
- Pangeran Somonegoro
- Pangeran Joyokusumo
- Suryonegoro
- Somodiningrat
- Suronegoro
- Pangeran Singosari
- Kertopengalasan
- Warsokusumo
- Mertoloyo
- Tumenggung Kertodirjo
- Mangunnegoro
- Tumenggung Gajah Pernolo
- Pangeran Notobroto Projo
- Pangeran Serang
- Pangeran Mangkubumi
- Ali Basyah Sentot Prawirodirjo
- Kiai Mojo
- Nyi Ageng Serang
Waktu
:
20 Juli 1825 – 28 Maret 1830
Tempat
:
Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah
Latar
Belakang :
a. Sebab
Umum
1) Rakyat
menderita karena banyaknya pungutan pajak dari Belanda
2) Belanda
campur tangan dalam urusan kerajaan
3) Adanya
kebudayaan barat yang dibawa oleh Belanda yang bercampur dengan kebudayaan
tradisional yang membuat adat istiadat keraton menjadi rusak dan kehidupan
beragama menjadi merosot
4) Kalangan
keraton hidup mewah dan tidak memperdulikan rakyat
5) Kaum bangsawan sangat
dirugikan karena sebagian besar sumber penghasilannya diambil alih oleh Belanda
b. Sebab
Khusus
Belanda memasang anjir yang melewati pekarangan Pangeran
Diponegoro ( Makam leluhur Pangeran Diponegoro) tanpa izin.
Jalannya
Perlawanan :
- - Belanda memasang anjir (patok/tugu) yang melewati pekarangan Pangeran Diponegoro lalu
pangeran memerintahkan rakyat untuk mencabut anjir tersebut. Setelah dicabut,
Belanda memasangnya lagi dengan penjagaan oleh Pasukan Macanan (Pasukan
penjaga) namun dicabut lagi oleh pengikut Pangeran Diponegoro. Pada saat
pencabutan anjir terjadi perlawanan yang dimenangkan oleh pasukan Diponegoro.
Sorenya para rakyat tegalreja berkumpul membawa senjata di keraton. Belanda
datang dan mengepung keraton tersebut. Belanda menang dan bumi hanguskan
tegalreja.
- - Setelah kekalahan tersebut,
Pangeran Diponegoro dan pasukan menyingkir ke Bukit Selarong dan mengungsikan
anggota keluarga, anak-anak, dan lansia ke Dekso (daerah kulon progo). Pangeran
Diponegoro mengawali perlawanan dengan membangun benteng di Gua Selarong dan
menyusun strategi perang. Ia juga mempersiapkan tempat untuk markas komando
cadangan.
- -
Tahun-tahun awal Pangeran
Diponegoro dan pasukan menerapkan semangat perang sabil dan berhasil
menaklukkan pusat kota dan Delanggu. Untuk memperkokoh kedudukannya, Pangeran
Diponegoro diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Abdulhamid Herucokro.
- -
Pangeran Diponegoro
memperluas perlawanan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Belanda pun menambah
pasukan yang didatangkan dari Sumatera Barat. Belanda mulai perlawanan di Gua
Selarong. Ternyata ketika pasukan Belanda sampai, Gua Selarong sudah kosong.
Ini adalah salah satu jebakan dari Pangeran Diponegoro. Semakin lama Pangeran
Diponegoro berhasil memperluas daerah kekuasaannya dan Belanda menjadi
tersudut.
- - Untuk menghadapi pasukan Diponegoro yang semakin kuat, Belanda menerapkan sistem Benteng Stelsel dan berhasil memenangkan beberapa perlawanan di berbagai daerah. Pasukan Pangeran Diponegoro mengalami banyak kekalahan dan semakin tersudut.
- - Di tengah banyaknya kekalahan, Sentot Prawirodirjo berhasil mengalahkan Belanda di Nanggulan yang menewaskan Kapten Ingen. Hal tersebut mendapat perhatian Belanda. Belanda mempersempit ruang gerak Sentot Prawirodirjo dan mengajak berunding. Ajakan damai berulang kali ditolak Sentot Prawirodirjo sehingga Belanda meminta bantuan Aira Prawirodiningrat. Sentot Prawirodirjo akhirnya menyetujui ajakan Belanda dan pada tanggal 17 Oktober 1829 keluarlah Perjanjian Imogiri.
- -
Penyerahan diri para
pemimpin-pemimpin tersebut menjadi pukulan berat bagi Pangeran Diponegoro.
Namun, Pangeran Diponegoro terus berjuang dan melakukan perlawanan.
- -
Belanda mengadakan
sayembara untuk yang berhasil menangkap Pangeran Diponegoro dan akan memberikan
uang senilai 20000 ringgit bagi yang menangkap. Namun tidak ada warga yang
tertarik. Akhirnya Belanda melakukan tipu muslihat dengan berpura-pura mengajak
Pangeran Diponegoro berunding. Bukannya berunding, Belanda malah menangkap
Pangeran Diponegoro dan mengasingkannya ke Manado. Ia wafat pada 8 Januari
1855.
Komentar
Posting Komentar